
Oleh : Prof. Ir. Samsul Kamal, M.Sc., Ph.D.
Energi dapat dianggap sebagai kemampuan untuk melakukan kerja/aktivitas (dapat berupa energi panas, cahaya, mekanika, kimia dan elektromagnetika). Jenis – jenis energi (Natural forms of energy): Energi potensial, Energi kinetika, Energi mekanikal, Energi kalor, Energi kemikal, Energi elektromagnetika, Energi kelistrikan dan Energi nuklir.
Energi yang sedang digalakkan saat ini adalah energi baru dan energi terbarukan (KEN). Contoh energi baru adalah : Nuklir, hidrogen, gas metana batubara, batubara tercairkan, batubara tergaskan. Sedangkan contoh energi terbarukan adalah panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.
Konsumsi energi di Indonesia mengalami kenaikan terus menerus. Untuk itu perlu efisiensi, konservasi dan diversifikasi energi terkait dengan saving atau pengurangan kebutuhan energi. Berbagai usaha efisiensi dan konservasi dapat dilakukan sebagai berikut :
Aktivitas transportasi
Memberikan tekanan udara di dalam ban sesuai dengan yang dianjurkan (tidak terlalu rendah), menutup pintu jendela mobil pada kecepatan tinggi, menghindari penempatan barang bawaan di atas atap mobil adalah dapat meningkatkan efisiensi energi yang mudah. Penempatan bawaan di atas atap mobil dapat menurunkan jarak jangkau mobil hingga 1-2% karena meningkatkan gaya drag yang terjadi terutama pada kecepatan tinggi.
Mengendarai mobil tidak terlalu cepat, karena drag yang terjadi merupakan fungsi kwadratis dari kecepatan. Menambah kecepatan mobil dari 90 km/jam menjadi 120 km/jam diperkirakan dapat memboroskan konsumsi bahan bakar hingga 20%.
Menghentikan mesin mobil pada saat menunggu lampu pengatur lalu lintas hijau menyala, bila lebih dari 10 detik, merupakan usaha untuk mengurangi kondisi idle dari mesin dan dapat menghemat bahan bakar.
Menghindari perilaku mengemudi yang banyak menggunakan pedal akselerasi dan pedal rem diperkirakan dapat meningkatkan jarak jangkau hingga 5-33% untuk jumlah bahan bakar yang diberikan.
Konservasi energi pada penggunaan AC dapat dilakukan dengan menaikkan setting temperatur agar dinginnya tidak berlebihan. Jepang secara nasional mampu memobilisasi masyarakatnya untuk menaikkan temperatur ruangan ber AC sekitar 2 derajad dan menganjurkan untuk menggunakan pakaian lebih tipis yang mendukung kenyamanan di temperatur yang relatif menjadi lebih tinggi sehingga mampu mengurangi konsumsi energi di masa krisis bahan bakar beberapa waktu yang lalu.
Pembangkit daya listrik mikrohidro dengan daya 2.000 kW yang beroperasi selama 20 tahun , bila efisiensinya dapat dinaikkan sebesar 2% saja maka potensi penghematan energi yang dapat diperoleh dapat mencapai hampir setara dengan 7,5 triliun rupiah.
Pencahayaan merupakan kebutuhan sehari-hari yang mengkonsumsi energi sekitar 15 – 20% dari total kebutuhan energi dan karena itu merupakan sasaran strategis untuk mengurangi konsumsi energi.
Bola lampu LED yang harga pembelian awalnya relatif lebih tinggi saat ini, mempunyai power-efficiency yang tinggi dengan umur hidup 30.000 jam sementara bola lampu compact fluorescent atau neon yang harga awalnya relatif lebih rendah, hanya mempunyai umur hidup sekitar 8.000 jam. Bila digantikan lampu filament biasa berdaya 60 W dengan LED berdaya 6 W yang memberikan efek pencahayaan yang sama, untuk penggunaan selama 30.000 jam, diperoleh biaya yang hanya sekitar kurang dari sepertujuhnya.
Sedangkan hambatan akan usaha efisiensi dan konservasi
Kalau secara praktis dapat dilakukan berbagai usaha efisiensi dan konservasi energi dengan cara yang relatif mudah dan kalau dilaksanakan secara masif , terstruktur dan sistematis dapat diperoleh pengurangan konsumsi energi yang signifikan lalu mengapa dalam pelaksanaanya tidak seperti yang diharapkan ?.
Usaha melakukan efisiensi dan konservasi energi diberbagai negara selalu mendapati adanya “barriers”, “obstacles” atau hambatan dalam pelaksanaannya. Banyak riset telah dilakukan yang mencoba mengurai permasalahan tersebut dari berbagai sudut pandang. Hasilnya a.l teridentifikasi setidaknya ada 4 (empat) kelompok hambatan ; institusional (public government), pasar , organisasional, serta perilaku (behavioural).
Di berbagai negara maju, sejak krisis energi 1970 berbagai kegiatan studi yang mencoba menganalisa dan memperhitungkan kurang tercapainya target-target program konservasi energi karena perilaku melalui intervensi perubahan perilaku telah banyak dilakukan.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah program yang hingga saat ini banyak dilakukan di berbagai universitas dalam bentuk target untuk mendorong jiwa kepemimpinan dan dukungan terhadap perubahan kebijakan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emissions) antara lain melalui konservasi energi.
Beragamnya tingkat pendidikan, keekonomian, kepercayaan dan latar belakang kultural masyarakat Indonesia sangat boleh jadi akan menjadi hal yang sangat berperan terhadap keefektifan dan keberhasilan implementasi program konservasi energy di masyarakat dan mencari cara intervensi terbaik dalam mengatasi berbagai hambatan termasuk hambatan perilaku dalam usaha efisiensi dan konservasi energi.
Peran UGM terkait efisiensi dan konservasi
Pola pengembangan kepemimpinan yang mengadopsi pada sensitivitas kultural di UGM sangat memungkinkan mampu berperan untuk menganalisa dan memberi solusi terbaik atas hambatan yang bersifat perilaku. UGM mempunyai perangkat-perangkat yang sangat potensial untuk mendukung dan melakukan studi serta implementasi program efisiensi dan konservasi energi. Program kegiatan pendidikan karakter mahasiswa melalui Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di masyarakat yang dijalankan oleh UGM secara konsisten dan berkelanjutan yang antara lain mengimplementasikan pengembangan masyarakat yang lebih ramah, hijau dan berkelanjutan merupakan potensi yang sangat besar sebagai agent of change yang dapat termasuk di dalamnya adalah behavioural change pada efisiensi dan konservasi energi. Program UGM sebagai kampus educopolis dengan salah satu targetnya adalah pengurangan emisi di dalam kampus dapat lebih diberdayakan sebagai tempat percontohan praktek terbaik (best practices) bagi masyarakat dalam pengurangan konsumsi energi melalui efisiensi dan konservasi.
Pembangunan model green building pada asrama kampus yang baru dibangun yang sudah dilengkapi dengan implementasi penggunaan energi terbarukan (solar system) dan lingkungan yang hijau juga bisa diberdayakan lebih lanjut bagi penghuninya untuk dapat mempraktekkan dan menjadi pionir berperilaku efisien serta conserve dalam penggunaan energi di dalam kehidupan asrama.
Perilaku efisien dan conserve bila dapat terbentuk di asrama ini pada gilirannya diharapkan dapat dipraktekkan dan disebarluaskan pada masyarakat dalam fungsi menjalankan aktivitasnya sebagai pemimpin setelah mereka lulus.
Sejalan dengan itu apabila pada bangunan baru atau retrofit bangunan di kampus UGM dapat diimplementasikan padanya berbagai fasilitas dan instrumen pelaksanaan efisiensi dan konservasi energi tidak hanya dari aspek teknis dan ekonomisnya saja namun juga perilaku penggunanya maka dapat dipastikan akan bisa dihasilkan berbagai kajian interdisiplin yang berkualitas serta implementatif yang pada akhirnya dapat dijadikan sebagai acuan dasar bagi kebijakan dan regulasi program efisiensi dan konservasi energi nasional secara lebih cepat , tepat dan berhasil guna.
UGM mempunyi peran strategis untuk mempercepat implementasi efisiensi dan konservasi energi.